Dosen Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Ir Wahyudi MSc mengingatkan masyarakat tentang bahaya arus rip dan bagaimana harus mewaspadainya ketika sedang bermain air di tepi pantai.
- STAI Al Fithrah Surabaya Wisuda 113 Sarjana Semester Genap 2023
- ITS Sukses Lahirkan Inovasi Cegah Kecelakaan Pipa Minyak Bawah Laut
- Resmikan SMPN 61, Wali Kota Surabaya Ingatkan Pentingnya Peningkatan Kualitas SDM
Hal itu disampaikan Wahyudi menyusul tragedi sejumlah siswa SMP 7 Kota Mojokerto yang terseret ombak yang diketahui sebagai arus rip di Pantai Drini Jogjakarta, beberapa waktu lalu.
Wahyudi memaparkan, arus rip terjadi ketika gelombang laut yang mendekati pantai pecah dan berubah menjadi aliran air yang dibelokkan oleh garis pantai ke daerah yang energinya rendah.
Terkhusus lagi pada daerah pantai yang berbentuk teluk, seringnya memiliki energi arus rip yang kencang.
“Memang nampak tidak berbuih dan tenang, tapi itu ada arus rip di dalamnya,” ujarnya dalam keterangannya dikutip RMOLJatim, Sabtu (1/2).
Ia mengingatkan pengunjung pantai agar mewaspadai area air di tepian daratan yang nampak tenang dengan diapit oleh gelombang yang berbuih. Arus rip berpotensi besar terjadi di seluruh pantai selatan Jawa karena berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
Meskipun gelombang yang menuju garis pantai bersifat acak dan tidak terprediksi, tetapi dapat dipastikan pantai yang berbatasan dengan samudera lepas memiliki gelombang datang yang tinggi.
Lebih lanjut pakar oseanografi ini mengatakan, kecepatan arus rip dapat terjadi dari 0,85 hingga 1 meter per sekon.
Arus rip tidak hanya arus balik ke tengah laut, arus yang memiliki lebar sekitar 9 sampai 11 meter ini turut membawa sedimen yang ada di sekitaran pantai menuju tengah laut. Sehingga area yang sering terjadi arus rip nampak tenang dan gelap karena telah terbentuk palung.
“Saking cepatnya arus tersebut, juara renang olimpiade sekalipun tidak akan kuat melawan arus rip,” ujarnya mengingatkan.
Arus rip tidak terjadi pada musim-musim tertentu dan tidak dapat dipastikan berapa kali dalam sehari. Tetapi yang bisa diwaspadai adalah ketika berada di pantai berteluk atau di tepi tanjung, karena daerah tersebut memiliki kekuatan arus rip yang bisa menghanyutkan manusia.
“Kondisi hidro-oseanografi dan morfologi pantai merupakan hal yang memengaruhi arus rip ini,” kata dosen yang tergabung dalam Laboratorium Infrastruktur Pantai dan Pelabuhan ITS ini.
Kejadian yang menimpa sejumlah siswa SMP 7 Kota Mojokerto tersebut merupakan contoh kecil dari banyaknya korban tenggelam karena arus rip. Di Indonesia, korban akibat arus rip di pantai selatan Jawa terus meningkat sepanjang 2017 hingga 2022. Bahkan, data terakhir menyebutkan hampir 50 orang meninggal dunia karena terseret arus ini.
“Arus rip dapat menjadi ancaman bagi pengunjung pantai. Arus tersebut tidak bisa dihilangkan, tapi bisa dihindari,” tegasnya.
Hal terpenting agar tidak terjadi korban arus rip lagi adalah mitigasi terhadap ancaman arus mematikan ini kepada seluruh pengunjung. Pentingnya dilakukan sosialisasi mengenai bahaya arus rip melalui seminar atau sekolah-sekolah di Indonesia.
Selain itu, juga perlu peningkatan fasilitas penunjang pantai seperti kapal cepat, pelampung, dan penjaga pantai yang andal. Apabila pengunjung terlanjur terseret arus rip, diharuskan menghindari arus tersebut dengan cara berenang ke samping, sejajar dengan pantai.
Wahyudi berharap mampu menggalakkan sosialisasi lebih masif ke seluruh lapisan masyarakat, terutama ke sekolah-sekolah yang memilih opsi pantai sebagai tempat rekreasi sekaligus belajar.
Ia juga mengajak sukarelawan yang memiliki empati tinggi untuk berjuang bersama sebagai penyuluh dan menggencarkan sosialisasi mengenai bahaya arus rip.
“Tentunya, pemerintah daerah juga harus turut andil dalam sosialisasi ini,” pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Jelang Ramadan, Ketum PP IKA ITS Ajak Alumni untuk Berbagi
- Jelang Ramadan, Ketum PP IKA ITS Ajak Alumni untuk Berbagi
- ITS Peringkat Pertama Kampus Terbaik dalam 4 Bidang versi Edurank