Bagi masyarakat di eks Karesidenan Madiun, apalagi warga Ngawi tidak asing lagi terhadap kehadiran dari sosok Triyono Hercules dalam dua tahun terakhir. Pelantun tembang Stasiun Ngawi Dadi Saksi maupun beberapa lagu Jawa lainya ini ternyata seorang lurah atau dalam jabatannya sebagai Kepala Desa Grudo masuk Kecamatan/Kabupaten Ngawi.
- Tinjau Kepatihan dan Museum Trinil Ngawi, Pj Gubernur Adhy Dukung Upaya Revitalisasi dan Pengembangan Bangunan Bersejarah di Jatim
- Bersama Wapres Gibran Tinjau Benteng Van den Bosch, Pj Gubernur Adhy Dorong Pelestarian Bangunan Bersejarah jadi Destinasi Unggulan di Jatim
- Jalur Ngawi-Jogorogo Bakal Mulus, Begini Reaksi Masyarakat
Kehadiran seorang lurah yang satu ini dibeberapa kesempatan acara dilingkup Pemkab Ngawi selalu menjadi perhatian publik. Kantor Berita RMOLJatim mengulik siapa sebenarnya dengan nama beken Triyono Hercules tersebut. Saat ditemui dirumahnya, ia membeberkan sebenarnya nama aslinya cukup Triyono. Sedangkan sebutan Hercules hanya sebatas pemanis.
"Hercules saya sendiri juga kurang tahu. Itu nama lapangan ya yang dikasih temen-temen dan sebenarnya nama saya cukup Triyono," kata Triyono Hercules, Jum'at, (29/1).
Dalam keteranganya dengan gaya blak-blakan dibubuhi humor, ia sengaja mempromosikan desanya melalui kreatifitas yang dimiliki terutama olah suara. Dibalut pakaian khas yang dikenakan dalam beberapa acara yakni, memakai jas putih keabu-abuan, peci hitam dan tongkat menjadi salah satu poster paling ikonik mirip sang Proklamator Ir Soekarno.
"Mengenalkan potensi desa keluar itu banyak cara kok. Tanpa sengaja saya menemukan konsep yang lain daripada lainya low seperti pakaian Bapak Presiden kita yang pertama. Apalagi kata orang saya ini jago nyanyi campursari," ulasnya.
Jelas Triyono Hercules, dengan gaya yang ia miliki menjadikan dirinya bisa menjadi lurah atau kepala desa di wilayahnya selama tiga periode berturut-turut. Bahkan selama ia menjabat, desanya beberapa kali menyabet prestasi setingkat kabupaten serta propinsi.
Alasannya dengan gaya yang khas (Soekarnoisme-red) seperti itu memudahkan dirinya berkomunikasi dengan warga desanya untuk bareng-bareng maju membangun desa. Akan tetapi bebernya lagi, menjadi kepala desa memang tidak harus selalu tampil formal. Dalam setiap acara ia selalu menyempatkan diri melantunkan tembang-tembang Jawa maupun jingle tertentu yang inspiratif untuk membangun desanya.
"Seperti lagu yang diciptakan Mas Dhika Tone dan Yoga (Stasiun Ngawi Dadi Saksi-red) setiap saya nyanyikan selalu menjadi inspirasi. Dimana, dulunya kan namanya Stasiun Paron hanya sejak 2019 lalu berubah nama menjadi Stasiun Ngawi. Dengan perubahan nama belum begitu banyak warga yang tahu," pungkas Triyono Hercules.
Perlu diketahui hadirnya Triyono Hercules memang bukan kaleng-kaleng. Selama ini ternyata dirinya penasehat Kempoters atau fans berat almarhum Didi Kempot di Jawa Timur sekaligus pembina Sobat Ambyar. Diakhir keteranganya dengan kalimat canda kalau Didi Kempot merupakan The Godfather Of Broken Heart tetapi untuk Triyono Hercules sebagai lurah patah hati.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Tinjau Kepatihan dan Museum Trinil Ngawi, Pj Gubernur Adhy Dukung Upaya Revitalisasi dan Pengembangan Bangunan Bersejarah di Jatim
- Bersama Wapres Gibran Tinjau Benteng Van den Bosch, Pj Gubernur Adhy Dorong Pelestarian Bangunan Bersejarah jadi Destinasi Unggulan di Jatim
- Jalur Ngawi-Jogorogo Bakal Mulus, Begini Reaksi Masyarakat