- Petani Ditemukan Tewas Terbakar di Kandang Ayam Kosong
- Sulit Dapat Pupuk, Petani Bangkalan Tuntut Dispertahorbun Bangun Kios di Desa
Memasuki musim tanam tahun ini, para petani di Bangkalan diperhadapkan dengan kelangkaan pupuk. Akibat sulitnya mendapatkan pupuk, nasib petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Bangkalan terancam gagal bercocok tanam.
Beberapa minggu sebelum kegaduhan yang memusingkan para petani itu terjadi, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Dispertahorbun) Kabupaten Bangkalan, Puguh Santoso sempat menegaskan kuota pupuk untuk Bangkalan, aman hingga Desember.
Bahkan dirinya memastikan ketersediaan pupuk untuk masa tanam periode Oktober-Desember tidak akan mengalami kelangkaan. Kata Puguh, realokasi penyaluran pupuk dari provinsi sebanyak 15.000 ton lebih.
Tapi sayang, ucapan Puguh di awal November lalu itu, sepertinya harus layu sebelum tumbuh. Pasalnya, belum genap sebulan sejak mengatakan kuota pupuk di Bangkalan, aman. Justru, kantornya digeruduk ratusan orang petani dari beberapa desa di Bangkalan.
Petani yang menamakan diri Aliansi Masyarakat Tani ini memadati halaman Kantor Dispertahorbun. Kedatangan mereka tak lain untuk menyampaikan protes dan menumpahkan keluhnya, kesulitan mendapat pupuk.
Tampaknya Pemerintah Bangkalan belum secara maksimal mengakomodir kebutuhan petani. Akibatnya para petani kesulitan mendapatkan pupuk. Mereka terancam gagal bercocok tanam. Nasib perekonomian petani juga terancam kurang sehat.
Perkataan Kadisspertahorbun Bangkalan, yang memastikan aman akan ketersedian pupuk untuk kebutuhan para petani Bangkalan. Bernasib nyaris sama seperti sesumbar perancang kapal Titanic, Thomas Andrews, “Kapal ini tidak akan dapat tenggelam, bahkan oleh Tuhan sekalipun.”
Tetapi peristiwa mengungkapkan lain. Titanic yang masih sangat baru, dan mulai berlayar pada 10 April 1912, berakhir tragis. Tenggelam beberapa jam kemudian setelah menabrak gunung es, akibat kebocoran di bagian lambung kapal. Begitupun ucapan Puguh, yang belum hilang ngiang. Malah para petani sudah gaduh. Ucapan Kadis tak terbukti.
Untuk mengungkap biang masalah pada kelangkaan pupuk di Bangkalan adalah keadaan tak kalah sulit dibanding pencarian bangkai kapal Titanic dari dasar samudera Antartika Utara, yang tenggelam satu abad silam.
Berbagai upaya dikerahkan dalam proses evakuasi kecelakaan itu. Kemudian diketahui lantaran kekurangan sekoci dan tidak adanya prosedur darurat, menyebabkan banyaknya menelan korban jiwa. 1500 orang meninggal dunia dalam bencana tenggelamnya kapal paling mewah di zamannya itu.
Di Bangkalan, puluhan SDM unggulan di Kota berjuluk Shalawat dan Dzikir dihimpun, dari unsur, Anggota Dewan, aktivis, mahasiswa, dan tokoh jurnalis kawakan Bangkalan. Mereka diyakini memiliki peranan seperti tim penyelamatan insiden Titanic.
Para intelektual Bangkalan berdiskusi ketat guna mengevaluasi akar persoalan kelangkaan pupuk di Bangkalan. Mungkinkah masalah ini timbul karena ada bagain atau prosedur yang dilewatkan.
Menemukan jawaban perkara kelangkaan pupuk berarti menyelamatkan kelangsungan hidup. Hilangnya pupuk dari peredaran bak predator mengintai mangsanya yang akan digiring ke hadapan kematian.
Seperti diketahui umum, pupuk menjadi salah satu komponen vital keberhasilan petani menargetkan kuantitas dan kualitas hasil panen kelak. Hasil jumlah panen petani bisa saja menjadi penentu kelangsungan gizi banyak orang, termasuk urusan kenyang pejabat Bangkalan.
Sekarang petani Bangkalan tak lebih hanya menjadi penonton yang berharap bisa melihat dan menjadi saksi para petinggi dan orang-orang hebat Bangkalan serius menghadirkan solusi bukan hanya janji.
Penulus adalah wartawan RMOLJatim
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Petani Ditemukan Tewas Terbakar di Kandang Ayam Kosong
- Sulit Dapat Pupuk, Petani Bangkalan Tuntut Dispertahorbun Bangun Kios di Desa