Vaksin AstraZaneca Mengandung Babi, Pemerintah Diminta Transparan 

Vaksin Covid-19 AstraZeneca/Net
Vaksin Covid-19 AstraZeneca/Net

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut vaksin AstraZeneca menggunakan bahan dari babi dalam proses pembuatannya. Meski mengandung babi, MUI tetap membolehkan penggunaan vaksin AstraZeneca karena faktor kedaruratan.


Sebelumnya BPOM telah lebih dulu mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin buatan Inggris tersebut.

Terkait hal ini, anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher khawatir temuan ini berdampak pada turunnya kepercayaan masyarakat terhadap vaksin.

"Sebelum adanya temuan ini, sudah banyak masyarakat yang tidak percaya dengan vaksin. Pernyataan MUI bahwa vaksin AstraZeneca tetap dapat digunakan meski mengandung babi, tetap saja akan mempengaruhi kepercayaan sebagian besar masyarakat," ujar Netty dalam keterangan persnya dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (23/3).

Selain soal kandungan babi, lanjut Netty, pemerintah juga masih punya pekerjaan rumah untuk meyakinkan msyarakat soal kepastian aman atau tidaknya vaksin AstraZeneca.

Kata Netty, faktanya beberapa negara sudah menunda untuk menggunakan vaksin AstraZeneca. Sebabnya, ada dugaan soal keamanan dan efek samping yang ditimbulkan.

“Ini juga akan jadi PR besar bagi pemerintah untuk meyakinkan masyarakat agar bisa percaya dan mau divaksinasi. Sangat penting bagi pemerintah untuk mengedepankan transparansi agar masyarakat bisa benar-benar percaya,” katanya.

Oleh karena itu, Netty meminta agar pemerintah kembali mengedukasi masyarakat untuk menampik isu miring terhadap vaksin AstraZeneca.

Pemerintah, dijelaskan Netty harus menggalakkan edukasi di masyarakat. 

“Pemerintah memiliki tugas untuk menangkis segala informasi yang tidak akurat dengan data dan penjelasan yang lengkap. Cara-cara persuasi juga harus dikedepankan agar masyarakat bersedia divaksinasi tanpa ada paksaan,” tandasnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news