Covid-19 kembali menghantui China dengan kasus-kasus baru yang bermunculan dalam beberapa minggu belakangan, memicu kekhawatiran global bahwa negera berpenduduk 1,4 miliar jiwa akan meledakkan kembali wabahnya ke penjuru dunia.
- KBRI Tokyo Selidiki Kasus WNI Tewas karena Covid-19
- Cegah Kenaikan COVID-19 di Akhir Tahun, Pemkot Surabaya Konsisten Beri Layanan Vaksinasi
- Covid 19 Di Jatim Naik, DPRD Jatim Ingatkan Masyarakat Terapkan Prokes Ketat
Selama hampir tiga tahun, pemerintah China telah menggunakan penguncian yang ketat. Karantina terpusat, pengujian massal, dan pelacakan kontak yang ketat, dilakukan untuk mengekang penyebaran virus. Awalnya itu membuahkan hasil. Saat negara lain masih kerepotan mengatasi pandemi, China telah mampu untuk eksis lagi.
Namun, belakangan wabah itu muncul kembali. Ini karena strategi penanganan Covid-19 ditinggalkan dan pembatasan dicabut akibat ledakan aksi protes di seluruh negeri yang mencemaskan.
CNN dalam laporannya mengatakan, para ahli telah memperingatkan bahwa negara itu kurang siap untuk keluar dari strategi itu secara drastis. China dianggap gagal memperkuat tingkat vaksinasi lansia dan menahan laju lonjakan wabah. Kapasitas perawatan intensif di rumah sakit juga dianggap kurang
"Dalam kondisi saat ini, pembukaan kembali secara nasional dapat mengakibatkan hingga 684 kematian per juta orang, menurut proyeksi tiga profesor di Universitas Hong Kong. Mengingat populasi China 1,4 miliar orang, itu berarti 964.400 kematian. Lonjakan infeksi kemungkinan akan membebani banyak sistem kesehatan lokal di seluruh negeri," kata sebuah penelitian di server pracetak Medrxiv, seperti dikutip dari CNN.
Di kota besar Chongqing di barat daya, pihak berwenang mengumumkan pada hari Minggu bahwa pekerja sektor publik yang dites positif Covid dapat bekerja "seperti biasa" - perubahan haluan yang luar biasa untuk kota yang beberapa minggu lalu berada dalam pergolakan penguncian massal
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Ini Penyebab Harga Emas Terus Naik
- Indonesia Tak Bisa Tiru China Melawan Tarif Trump, Ini Alasannya
- AS Terus Tambah Tarif Impor Trump untuk China Hingga 145 Persen