. Pemerintah tidak segan menindak pejabat yang menghambat investasi dan ekspor. Hal itu, sebagai konsen pemerintah yang terus mendorong peningkatkan investasi dan ekspor untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
- Strategi Eri Cahyadi untuk UMKM Surabaya di Tengah Pandemi
- Asosiasi Petani Tebu Sebut Aturan Menperin Soal Gula Sudah Berdasarkan Kajian Yang Jelas
- Market Share Perseroan 62 Persen di Jatim
Presiden Jokowi mengatakan, ada dua kunci yang bisa mendorong ekonomi Indonesia maju, yaitu investasi dan ekspor. Dengan ekonomi tumbuh, jumlah kesenjangan dan kemiskinan dapat ditekan.
"Investasi dan ekspor, investasi dan ekspor. Itu selalu saya ulang di mana-mana. Kalau mau tumbuh, perlu banyak investasi. Ekspor juga," ujar Jokowi saat meresmikan ekspor perdana Mitsubishi XPander di Indonesia Kendaraan Terminal (IKT), Cilincing, Jakarta Utara.
Untuk menarik banyak investasi masuk, kata dia, pemerintah akan merampingkan proses perizinan. Salah satunya dengan menerapkan sistem perizinan terintegrasi antara pemerintah pusat dan daerah, yaitu online single submission. Sistem ini rencana akan terbit bulan depan.
Melalui sistem ini, pengusaha hanya membutuhkan waktu hitungan jam untuk menguÂrus izin. Jadi pengusaha tidak perlu lagi menghabiskan waktu berbulan-bulan dan bertahun-tahun untuk mengurus izin investasi.
"Saya minta urusan izin itu harus dalam sistem jam. Nanti kita lihat bulan Mei bisa atau tidak. Kita lihat macetnya di mana," katanya.
Namun, kata Jokowi, peÂluncuran sistem online single submission akan percuma jika sifat sumber daya manusia di belakangnya tidak berubah. Presiden meminta investor tidak ragu untuk melapor kepadanya jika saat pengurusan izin masih ada petugas yang mempersuÂlitnya.
"Bisik-bisik saja, pasti saya hajar. Saya akan perbaiki, dan benahi," tegasnya.
Dia mengajak, investor untuk melaporkan perkembangan sistem perizinan terintegrasi tersebut di lapangan. Sehingga laporan yang ada di mejanya tidak selalu asal bapak senang alias ABS.
"Jangan sampai laporan yang ke saya hanya ABS, ABS, ABS. Tapi, di lapangan berbeda, saya tidak suka hal-hal seperti itu," cetusnya.
Non SDA
Selain investasi, kata dia, peÂmerintah juga terus mendorong ekspor. Khususnya ekspor non sumber daya alam, seperti otoÂmotif. Apalagi, sektor ini meliÂbatkan banyak industri pemasok komponen dan menyerap banyak tenaga kerja.
Dengan ekspor meningkat, maka industri komponen akan bangkit, dan penyerapan tenÂaga kerja akan semakin besar. Misalnya, Mitsubishi yang akan meningkatkan jumlah tenaga kerjanya dari 3.000 orang menjadi 4.000 seiring dengan melakukan ekspor mobil buaÂtannya.
"Hampir semuanya tenaga kerja lokal. Bukan seperti sekaÂrang, isunya soal tenaga kerja asing," ujarnya.
Di tempat yang sama, MenÂteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, terus mendorong reorientasi indusÂtri otomotif di dalam negeri supaya Indonesia jadi basis produksi untuk tujuan pasar ekspor. Upaya ini diyakini dapat memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut dia, pada tahun lalu, total ekspor kendaraan dalam keadaan utuh (completely build up/CBU) sebesar 231 ribu unit atau mengalami peningkatan 20 persen dibanding tahun sebelumnya. Dan, yang paling membanggakan adalah ekspor dalam bentuk komponen.
"Ekspor komponen mengaÂlami peningkatan yang sangat signifikan dengan mencaÂpai 1.200 persen dari 2016," ujarnya.
Saat ini, negara-negara tujuan ekspor, yakni meliputi hampir seluruh anggota ASEAN, keÂmudian di Timur Tengah seperti Bahrain, Yordania, Arab Saudi, Oman, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab; serta di Asia Selatan di antaranya Bangladesh dan India.
Selanjutnya, Maroko, Afrika Selatan, serta negara di Amerika Latin antara lain Ekuador, MekÂsiko, Peru, dan Bolivia. [RM]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Optimis Menatap 2022, bank bjb Andalkan Tiga Prinsip Kolaborasi
- bank bjb Raih 2 Penghargaan Sekaligus di Digital Banking Awards 2022
- Memasuki Musim Panen, Harga Beras di Sejumlah Wilayah Jawa Timur Mulai Turun