Keputusan pemerintah untuk menambah import beras menjadi 3,6 juta ton tahun ini diambil sebagai langkah kewaspadaan terhadap krisis beras di masa depan.
- BTN Bukukan Laba Bersih Rp2,37 Triliun di 2021, Naik 48,3 Persen
- Luncurkan Program bjbpreneur, bank bjb Ingin Lahirkan UMKM Berdaya Saing dan Berdampak Bagi Lingkungan
- bank bjb Dorong Transaksi Cashless Lewat Aplikasi DIGI
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, saat memberikan alasan kuota penambahan impor beras.
Menurutnya, kondisi iklim yang tidak dapat diprediksi membuat pemerintah meningkatkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebanyak 1,6 juta ton.
"Ini precaution (kewaspadaan) negara kita ini harus punya cadangan pangan pemerintah, tahun lalu teman-teman tanya kenapa impor? Hari ini semua terbukti bahwa dilakukan impor terukur harga di petani jatuh tidak? Karena kita impor terukur. Kita harus close juga dengan BMKG kalau ini satu bulan lagi baru ada hujan, artinya harus mempersiapkan 3 bulan ke depan," ujar Arief, dikutip Selasa (27/2).
Ia lebih lanjut mengatakan penambahan CBP juga dilakukan sebagai upaya untuk intervensi harga dan stok beras di lapangan melihat kondisi pangan dunia yang sedang tidak baik.
"Harga di dunia ini akan tinggi, seluruh dunia itu harga pangan memang naik, inputnya semua naik, jadi harus disampaikan kepada publik bahwa biaya input petani naik, kalau harga inputnya naik, harga gabahnya rendah, petani rugi, nanti nggak mau nanam lagi," sambungnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- HUT Ke-51 REI, Bank BTN Siap Kolaborasi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lewat Properti
- Tingkatkan Produksi Bawang Merah, ABMI Nganjuk Gelar Sosialisasi
- Green Surfactant Jadi Produk Andalan Petrokimia Gresik Untuk Menunjang Optimalisasi Produksi Minyak Bumi