Komite darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali melakukan sidang untuk mempertimbangkan apakah akan menyatakan cacar monyet sebagai krisis global.
- Jatim masih Nihil Kasus Cacar Monyet, Dinkes Ingatkan Protokol Kesehatan
- Nihil Kasus Cacar Monyet, Pemkot Surabaya Imbau Warga Waspada Kenali Gejalanya
- Warga Lamongan Dinyatakan Mengalami Suspek Cacar Monyet, Ternyata di Lab Hasilnya Negatif
Pertemuan kedua itu terjadi ketika beberapa ilmuwan mengatakan bahwa perbedaan mencolok antara wabah di Afrika dan di negara maju akan memperumit respons terkoordinasi.
Para pejabat Afrika mengatakan mereka sudah memperlakukan epidemi benua itu sebagai keadaan darurat. Tetapi para ahli di tempat lain mengatakan bahwa cacar monyet versi ringan di Eropa , Amerika Utara dan sekitarnya membuat deklarasi darurat tidak perlu bahkan jika virus tidak dapat dihentikan.
Pejabat Inggris misalnya, yang baru-baru ini menurunkan penilaian mereka terhadap penyakit tersebut, mengingat tingkat keparahannya yang rendah.
"Saya tetap prihatin dengan jumlah kasus, di semakin banyak negara, yang telah dilaporkan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada komite darurat saat pertemuan berlangsung, seperti dikutip dari AP, Jumat (22/7).
Sementara mengaku lega karena banyak wilayah yang mencatat penurunan jumlah kasus cacar monyet di beberapa negara, ia tetap khawatir karena di tempat lain virus itu masih meningkat dan bahwa enam negara melaporkan infeksi pertama mereka minggu lalu.
Cacar monyet telah bercokol selama beberapa dekade di beberapa bagian Afrika tengah dan barat, di mana hewan liar yang sakit kadang-kadang menginfeksi orang-orang di daerah pedesaan dalam epidemi yang relatif terkendali.
Di Eropa, Amerika Utara dan sekitarnya, penyakit tersebut telah beredar setidaknya sejak Mei di antara pria penyuka sesama jenis dan biseksual. Epidemi di negara-negara kaya itu kemungkinan dipicu oleh seks di dua pesta di Spanyol dan Belgia.
Beberapa ahli khawatir perbedaan ini dan perbedaan lain mungkin dapat memperdalam ketidakadilan medis yang ada antara negara miskin dan kaya.
Sekarang ada lebih dari 15.000 kasus cacar monyet di seluruh dunia.
Sementara Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan negara-negara lain telah membeli jutaan vaksin, tidak ada yang pergi ke Afrika, di mana versi cacar monyet yang lebih parah telah menewaskan lebih dari 70 orang.
Negara-negara kaya sendiri belum melaporkan kematian cacar monyet.
"Apa yang terjadi di Afrika hampir seluruhnya terpisah dari wabah di Eropa dan Amerika Utara," kata Dr Paul Hunter, profesor kedokteran di University of East Anglia Inggris yang sebelumnya memberi nasihat kepada WHO tentang penyakit menular.
Badan kesehatan PBB mengatakan minggu ini bahwa di luar Afrika, 99 persen dari semua kasus cacar monyet yang dilaporkan terjadi pada pria dan di antaranya, 98 persen pada pria penyuka sesama jenis.
Namun, penyakit ini dapat menginfeksi siapa saja yang dekat, kontak fisik dengan pasien cacar monyet, terlepas dari orientasi seksual mereka.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Raperda APBD Jatim 2025 Resmi Disetujui, Pj Gubernur Adhy Pastikan Pendidikan dan Kesehatan Jadi Prioritas
- Tetap Sehat Selama Bulan Puasa Perspektif Dokter Spesialis Penyakit Dalam
- 2 Kunci Indonesia Menjadi Negara Maju pada 2045